Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Selasa, 15 Februari 2011

CINTAKU DI BAGI DUA (cerber)

aku melihat wajahnya yang sedang terlelap tidur lembut dan tenang. memanglah suamiku itu bisa dikatakan tampan dan itu bukan menurutku saja tapi banyak orang yang bilang seperti itu termasuk bi Susan, bik Tantri, mang Syahid dan saudaraku yang lainya. kami adalah pengantin baru yang telah menikah sekitar 2 bulan yang lalu, sungguh aku sangat mencintainya melebihi apapun dan tentunya dia juga sangat mencintaiku. suamiku bernama Rayhan namun aku lebih senang memanggilnya kanda karena terdengar romantis ya untuk memuliaknya aku senantiasa menyenangkan hatinya dengan berbagai cara meskipun aku tidak tahu hati sebenarnya itu senang apa tidak yang jelas aku sudah berusaha semampuku untuk menyenangkanya.
kupandangi lagi wajahnya dengan penuh cinta mungkin mas Rayhan sedang bermimpi indah dialam mimpinya karena seperti yang aku perhatikan wajahnya yang bersih itu sekali-kali memunculkan senyum manis yang membuat aku tergoda untuk mengecupnya. sungguh indah ternyata panorama ini memiliki suami yang tampan, memiliki pekerjaan yang tetap, dan bisa menjadi imam dalam hidupku. namun sebaliknya aku merasa malu juga karena aku bukanlah istri yang sempurna baginya, memanglah manusia tidak ada yang sempurna dan ketidak sempurnaan itu ada padaku. aku menikah dengannya bukan sebagai seorang gadis pada umumnya. maksudku aku sudah tidak virgin lagi. kegadisanku hilang saat aku pacaran dengan mantanku beberapa tahun silam dan aku sangat menyesal aku hampir bunuh diri saat putus denganya tapi Alloh berkehendak lain setelah aku bertemu denganya lewat seorang teman akhirnya pelan-pelan aku bisa sadar bahwa bunuh diri bukan jalan satu-satunya, dan alhmadulilah dengan cintanya yang tulus juga mas Rayhan bisa menerima keadaanku apa adanya, baginya soal itu tak jadi masalah asal aku ada keinginan untuk bertobat dan berubah aja dia pasti senantiasa menerimaku apa adanya. Selain itu aku bukanlah wanita yang cantik dan berpendidikan tinggi, aku memiliki wajah yang sangat pas-pasan dan hanya tamatan SMA beda dengan mantanya yang adalah seorang dokter anak dan memiliki wajah yang ideal enak di pandang. kadang aku merasa cemburu juga bila mas Rayhan sudah bercerita tentang masa lalunya dengan mantanya itu namun demikian kecemburuan itu selalu aku sembunyikan karena aku percaya cintanya saat ini hanyalah untuk diriku seorang.
"dinda belum tidur?ini sudah malam sayang."bisiknya membuyar pandanganku.
"gak bisa tidur kanda." jawabku singkat.
"sini kanda pelukin sayang."ujarnya sambil meraih tubuhku yang berbaring disisinya. "tidur ya,mmmmmmuaaaaachh" lanjutnya mendaratkan bibirnya kekeningku.
aku hanya diam tersenyum bahagia, Rayhan memanglah sangat romantis. oh aku sangat mencintainya melebihi apapun.
***
pukul tiga dini hari aku sudah terbangun dari mimpi indahku bersama suamiku, setelah selesai salat tahajud dan beebrapa salat lainya aku bergegas menyiapkan berbagai macam keperluan suamiku dan mertuaku.
"bu, ini susunya diminum dulu"sahutku saat melihat ibu mertua yang sedang memanaskan motornya karena sebentar lagi beliau harus pergi ke sekolah untuk mengajar.
"iya sebentar."teriak ibu dari luar. kasihan juga aku melihatnya karena di usia yang semakin tua ini ibu masih disibukan dengan mengjar berhubung masa pensiunya belum tiba.
lalu aku melihat suamiku yang sedang menyisir rambutnya yang sedikit berantakan. oh aku ingat mas Rayhan belum sarapan karena tadi dia harus sibuk dengan mengetik. dan buru-buru aku mengambil sarapan, "disuapin ya kanda." pintaku seraya menyodok sesendok nasi dan lauknya. tanpa berkata diapun melahapnya.
akhirnya tugasku sebagai seorang istri di pagi ini selesailah sudah. suamiku sudah bernagkat kerja, ibu mertuakupn sudah berangkat. tinggal aku sendiri di rumah. dan hal begini yang bikin aku jenuh saat tak ada pekerjaan yang harus aku lakukan.bila saja si buah hati ada mungkin aku tak akan jenuh, dan entah kapan Alloh mempercayakan kami untuk memiliki buah hati.
ting teng ting teng. bunyi handponeku pertanda sms masuk dan langsuing kulihat, "vitaminya diminum ya sayangku." pinta suamiku. oh ya Alloh sungguh dmas Rayhan sangat perhatian.
***
waktupun tak terasa terus berjalan hingga perniakahan kami meunjukan sudah satu tahun lamanya. senangnya suamiku masih sama perhatinya kayak waktu baru nikah dulu. Mas rayhan sabar lagi gak pernah ngeluh saat hadapin masalah apapun.
"kita jalan-jalan yuk dinda. kanda lihat seprtinya dinda suntuk diam di rumah terus." ajak suamiku penuh dengan mesra.
aku tersenyum kecil senang pula mendenagr ajakanya yang tiba-tiba itu. "jalan-jalan kemana nih kanda??"tanyaku bersandar di bahunya. untung di rumah gak ada orang soalnya ibu sedang pergi entah kemana jadi kami bisa mesra-mesraan dengan leluasa.
"kemana aja. yang jelas bisa bikin hatimu terhibur sayang."ucapnya yang sedang memotong kuku tanganku.
saat ini suamiku tengah libur karena ia sedang mengambil jatah cutinya selama 3 hari. so kemungkinan ia ingin memanfaatkan waktu yang ada untuk bersamaku.
aku senang bukan main layaknya seorang anak yang baru saja di belikan sebuah mainan yang sangat diinginkanya. "yowis kapan kita berangkat kanda?"tanyaku sambil membereskan rambut yang berantakan.
Mas Rayhan memandangku sejenak. "ya sekarang, tapi kita mandi dulu. ok" lalu bibirnya mendarat lagi di keningku tanpa aku minta. memanglah suamiku itu sangat senang memanjakanku dengan ha-hal kecil seperti itu.
aku membalas kecupanya. "mmmmmmmuuuuaaaaaaacccccchhh"
***
mas Rayhan mengajaku ke sebuah pantai yang tempatnya lumayan sepi karena memang tak banyak pengunjung yang datang, lagian kami tidak terlalu suka dengan tempat yang ramai-ramai. dan disana kami mencari sebuah tempat yang kiranya enak untuk di singgahi, kami duduk di pinggir karang dengan di temani ombak yang kadang-kadang menerpa kakiku yang di baluti dengan kaos kaki.
"indah sekali ya kanda, ko tumben kanda ngajak dinda kesini?"
"ini adalah tempat pertama kali kanda kencan sama Diana."jawabnya seperti menerawang jauh mengingat masa lalunya.
aku diam tak menjawab namun hati mulai bergejolak lagi karena cemburu ini mulai terasa lagi bila mas Rayhan bicara soal mantanya itu yang bernama Diana. aku juga heran entah kenapa mas Rayhan sering kali membicarkan Diana di depanku padahal aku adalah istrinya pernikahan kamipun sudah satu tahun berjalan, tapi kenapa nama Diana tak bisa lepas dari ingatannya.
"andai saja waktu bisa kembali, maka mungkin hubungan dengan Diana tak akan terjadi, sungguh kau tak bisa melupakanya. tapi bukan berarti kanda tidak mencintaimu sayang, cuma inilah persaan kanda." ujarnya masih menerawang masa lalunya.
jujur aja aku pun punya masa lalu, bahkan masa laluku sangat pahit dan kelam, aku memiliki mantan juga bahkan hubungan kami waktu itu lumayan lama 1 tahun 1/2. akan tetapi jauh dari itu sekarang aku sudah memiliki suami yang bukan dia jadi hatiku seutuhnya hanya untuk suami dan itu adalah janjiku, apapun resikonya aku harus senantiasa menciantai suami. "kanda kangen ya sama Diana?" tanyaku membuyar kenanganya.
mas Rayhan melirikan wajahnya menatap wajahku yang mulai murung. "entahhlah dinda sekarang-sekarang kanda suka inget sama Diana, makanya kanda ajak dinda kesini."
aku sungguh heran entah apa yang ada di benaknya saat ini? ko mas Rayhan tega bilang kata-kata seperti itu kepadaku. namun aku mencoba untuk tegar menyembunyikan rasa cemburu ini. "dia kan sudah jadi istrei orang kanda. kanda kan punya aku sekarang." ucapku tersenyum kecil.
mas Rayhan tersenyum juga. "iya dinda kalo gak ada dirimu entah bagaimana mkand sekarang. makasih ya sayang udah sabar hadapin kanda kayak gini." katanya sembari merangkul pundaku dan tak lupa mengecup keningku tak peduli di lihat orang yang kebetulan lewat ke arah situ.
indah sungguh indah aku senang meskipun ada cemburu di hatiku tapi biarlah toh sekarang mas Rayhan adalah miliku.
***
tak terasa pernikahan kami sudah 3 tahun lamanya. “dinda masih ingat gak waktu pertama kita jadian?"tanya mas Rayhan yang sedang mengotak atik laptopnya.
"ko tiba-tiba" pikirku dalam hati. "tentunya masih dong, memangnya kenapa sayang?" jawabku balik tanya.
"dinda waktu itu plin plan juga ya"
"mau bahas masalah itu ni?"
"hehehehe,,mantan dinda yang bernama Dimas itu sekarang udah nikah tah?" ucapnya mengalihkan pembicaraan.
"mana dinda tahu." jawabku seraya mengangkat bahuku.
mas Rayhan diam tak bertanya lagi. kemudian aku menghampirinya. "kenapa kanda bertanya tentang hal itu?" tanyaku heran.
"kalau seandainya kanda poligami, apa yang akan dinda lakukan?"
sumpah aku benar-benar heran mendengar pertanyaanya yang gak nyambung itu, pertama nanya ini, trus nanya itu. dan sekarang nanya soal poligami. "kanda mau nikah lagi?"
"pertanyaanya kan bukan itu."
"ya dinda akan berusaha nerima, lagian dinda akui sampai saat ini dinda belum bisa ngasih kanda keturunan. bila kanda ingin poligami, menikahlah. tentunya kanda tahu bagaimana hukum poligami itu, syaratnya juga. dinda ikhlas bila Alloh ridho." tuturku setegar mungkin supaya rasa sedih ini tidak muncul di hadapanya.
mas Rayhan tersenyum kecil. seperti ada kata-kata rahasia yang ingin dia ucapkan namun tak berani diungkapkanya. "karena ini udah larut malam kita tidur aja yu." ajaknya sambil mematikan laptop.
dan malam ini aku tidur sungguh tidak nyenyak, berkali-kali bayang wajah Diana yang aku lihat di sebuah foto muncul di benaku, aku merasa takut kehilangan cinta suamiku, aku takut perhatianya beralih ke perempuan yang tak bisa lepas dari ingatan suamiku.
memang si bila ku perhatikan kelakuan suamiku akhir-akhir ini sering aneh seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku.
***
"kanda ko sarapanya gak di makan?"tanyaku saat melihat tupherware yang masih berisi nasi dan goreng ayam. "gak enak ya masakanku?" tanyaku lagi sedikit kecewa.
"mmmmmm bukan begitu sayang, kanda. . ."jawabanya terhenti dan aku merasa yakin mas Rayhan sedang kebingungan untuk mencari jawaban yang masuk di akal dan sekiranya tidak melukai hatiku.
"yaudah gak apa-apa. tadi dinda beli daging sapi, mau di bikin apa sayang?"ujarku mengalihkan pembicaraan mencoba untuk menghangatkan suasana.
"bikin rendang aja sayang."
"yowes." aku tersenyum simpul padahal hatiku tak karuan penasaranya.sebenarnya mas Rayhan sering sekali tak memakan sarapan yang sengaja di bawa dari rumah ke kantornya, dan aku baru berani bertanya pagi ini, begitupun jawabannya tak tuntas karena aku tak ingin memperpanjangkan masalah.
rendangpun telah jadi dan langsung kusuguhkan kepada suamiku yang baru saja pulang dari masjid. mas Rayhan memakanya dengan penuh kenikmatan. "oia dinda besok mungkin kanda pulang agak larut malam." katanya disela-sela makan malam.
"memangnya ada acara apa?"
"hmmm mau ke rumah Handi ngambil berkas. rumahnya handi kan jauh."
benarkah itu? aku sedikit tak percaya tapi aku gak berani untuk terus bertanya. dan terpaksa aku mempercayainya.
***
sebelum tidur aku senantiasa meyiapkan perlengkapan kerja suamiku untuk besok, seprti pakaian dan tak sengaja aku menemukan sebuah kotak kecil berbentuk segi empat. kotak itu tidak di bungkus dan kuberanikan diri untuk membukanya karena aku sangat penasaran ingin tahu apa mengenai isinya.
Benar dugaanku isinya sebuah cincin putih permatanya hanya ada satu terdapat di bagian tengah dan tidak terlalu besar. Aku tersenyum sendiri karena aku berpikir itu cincin senagaja buat aku. Mas Rayhan kan suka ngasih kejutan tak terduga. Oh suamiku sayang. Lalu ku simpan kembali cincin putih itu di tempat semula.
Tidurku tidak nyenyak karena kau kepikiran mengenai cincin putih yang belum juga mas Rayhan berikan dan aku tak ingin menaruh curiga apa-apa. Positif thinking aja wes pokoknya.
Hari demi haripun berlalu cincin yang aku tunggu itu tak kunjung ia berikan. “apa mungkin mas Rayhan lupa?” pikirku mencoba menenangkan diri. Dan rasa curigapun kembali muncul di benaku. Oh Tuhan apakah yang terjadi sebenarnya?
“kanda.”
“iya, ada pa dinda?”
“dinda boleh minta sesuatu gak?”
“minta apa?”
“pengen cincin.” Ucapku sesekali melihat reaksi wajahnya yang memang sedikit gugup. “pengen cincin putih, dinda kan gak pernah minta apa-apa sama kanda.” Lanjutku membuat ia semakin gugup.
“iya ntar ta beliin.” Ujarnya singkat.
Aku terdiam. dalam hati menangis curigaku semakin menjadi saat ini. “kepada siapakah cincicn itu kou berikan oh suamiku?”tanyaku dalam hati.
Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar